Friday, 13 September 2013

Survei “Menyebalkan” untuk Akuntan

Budayawan Indonesia Butet Kartaredjasa mengeluarkan pernyataan menggelitik bagi kalangan akuntan Indonesia dalam pementasannya pada acara gala dinner Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VII di Keraton Yogyakarta 28 Juni 2012. Dia menyebut Akuntan sebagai profesi menyebalkan. Apa dasar omongannya tersebut? Kemudian, mengapa pula dia mengibaratkan akuntan professional bak seorang Kresna dalam lakon  pewayangan.

Butet tidak main-main tatkala mengatakan akuntan adalah profesi menyebalkan. Dia punya data, dan itu berdasarkaan ‘survey’. Merujuk survey versi Butet akuntan dianggap profesi menyebalkan karena mau tahu terlalu banyak urusan orang, khususnya dalam mengecek asal usul harta dan kekayaan seseorang.

Dia mengatakan akuntan gemar menanyakan uang seseorang  bersumber darimana dan memastikan lebih jauh kebenaran tersebut dengan mencari informasi atau bukti dari orang lain. Sikap tersebut sambungnya, membuat orang merasa tidak tenang dan senang dengan apa yang dilakukan oleh akuntan .

“Kalau kita bertanya pada seorang anak untuk ’ngecek’ bakat {akuntannya} itu gampang. Kalau kita kasih uang dan anak itu bertanya “Darimana uang ini Pak?” Nah anak itu pasti berbakat jadi akuntan,” ujarnya.

Namun, menurut Butet, survey lain menyebutkan profesi akuntan bisa juga dianggap profesi hebat dan mulia. Tak tanggung- tanggung, hampir 99,99% responden survey mengatakan kalau akuntan itu termasuk calon penghuni surga.

Dia mengatakan akuntan juga dianggap umat manusia tabah dan ssabar, Ia tidak tergugah menikmati uang yang bukan miliknya. Bagaimana tidak tabah dan sabar, terang Butet, setiap hari kerjanya akuntan itu menghitung uang. Padahal uang yang dihitung bukan miliknya.

“Hanya orang yang tabah dan ssabar yang tidak akan tergoda menikmati uang yang bukan miliknya. Hanya akuntan yang bisa. Asli ini bukan fitnah.” Katanya.

Butet menyakini semua akuntan yang hadir pada KNA VII adalah akuntan yang benar-benar professional dan memiliki integritas. Akuntan yang tidak gampang tergugah oleh ‘iming-iming’ apapun bahkan rayuan ‘gombal’ para politisi ‘busuk’ sekalipun. Jika ada akuntan yang dengan enteng tergugah itu hanya akuntan yang kesandung.

Dia berharap para akuntan untuk membenahi republik yang sudah kacau balau ini. Persoalan terbesar bangsa ini adalah persoalan integritas. Dalam integritas terkandung nilai-nilai etika dan moral inilah hilang dari kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Dalam bahasa profesi itulah yang disebut ‘kode etik’. Kode etik seorang akuntan yang baik harus memiliki tanggung jawab demi kepentingan public dan harus objektif.

“Akuntan itu terkenal sebagai sosok yang memiliki integritas. Akuntan tidak gampang disuap. Tidak ada akuntan yang terlibat korupsi atau mengambil uang Negara,” tukasnya.

Butet mengibaratkan pula sorang akuntan seperti Kresna. Tokoh yang memiliki pikiran yang visioner, bijaksana, ahli strategi, pemikir yang baik serta selalu tepat dalam memberikan solusi. Sosok Kresna itulah yang diharapkan mewakili kekuatan positif  Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk melahirkan akuntan professional dan bermartabat.

Ia bahkan menggarisbawahi dengan tegas kata ‘bermartabat’. Menurutnya salah satu kunci membangun bangsa yang bermartabat adalah tegaknya moral dan etika yang menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Indikasi penting untuk mengukur kejujuran sebuah bangsa adalah akuntabilitas pengelolaan sumber-sumber keuangan Negara.

Butet mengungkapkan banyaknya korupsi di  Negara ini karena kita sebagai bangsa Indonesia kekurangan figure yang bermartabat. Banyak usul dan ide untuk menekan indeks korupsi dan perilaku koruptif. Namun, pejuang pemberantasan korupsi negeri ini belum memiliki ‘pedang tajam’ untuk menghukum mafia korupsi.

Bagi Butet integritas dan kejujuran adalah harga mati. Dengan integritas dan kejujuran itulah para akuntan akan semangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjaga kepentingan masyarakat. Mengutip pernyataan seorang ahli ekonomi, jika ingin melihat sebuah Negara jujur atau tidak dalam mengelola sumber daya ekonomi lihatlah kehidupan para akuntannya.

“Saya percaya perlahan-lahan IAI akan mampu membangun integritas dan kredibilitas organisasi dan anggotanya,” ungkapnya, optimis.

Sumber : Majalah Akuntan Indonesia,Juni-Juli 2012, liputan khusus, hal. 48.

No comments:

Post a Comment