Budayawan Indonesia
Butet Kartaredjasa mengeluarkan pernyataan menggelitik bagi kalangan akuntan
Indonesia dalam pementasannya pada acara gala
dinner Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VII di Keraton Yogyakarta 28 Juni
2012. Dia menyebut Akuntan sebagai profesi menyebalkan. Apa dasar omongannya
tersebut? Kemudian, mengapa pula dia mengibaratkan akuntan professional bak
seorang Kresna dalam lakon pewayangan.
Butet tidak main-main
tatkala mengatakan akuntan adalah profesi menyebalkan. Dia punya data, dan itu
berdasarkaan ‘survey’. Merujuk survey
versi Butet akuntan dianggap profesi menyebalkan karena mau tahu terlalu banyak
urusan orang, khususnya dalam mengecek asal usul harta dan kekayaan seseorang.
Dia mengatakan akuntan
gemar menanyakan uang seseorang
bersumber darimana dan memastikan lebih jauh kebenaran tersebut dengan
mencari informasi atau bukti dari orang lain. Sikap tersebut sambungnya,
membuat orang merasa tidak tenang dan senang dengan apa yang dilakukan oleh
akuntan .
“Kalau kita bertanya pada seorang anak untuk ’ngecek’ bakat
{akuntannya} itu gampang. Kalau kita kasih uang dan anak itu bertanya “Darimana
uang ini Pak?” Nah anak itu pasti berbakat jadi akuntan,” ujarnya.
Namun, menurut Butet,
survey lain menyebutkan profesi akuntan bisa juga dianggap profesi hebat dan
mulia. Tak tanggung- tanggung, hampir 99,99% responden survey mengatakan kalau
akuntan itu termasuk calon penghuni surga.
Dia mengatakan akuntan
juga dianggap umat manusia tabah dan ssabar, Ia tidak tergugah menikmati uang
yang bukan miliknya. Bagaimana tidak tabah dan sabar, terang Butet, setiap hari
kerjanya akuntan itu menghitung uang. Padahal uang yang dihitung bukan
miliknya.
“Hanya orang yang tabah dan ssabar yang tidak akan tergoda
menikmati uang yang bukan miliknya. Hanya akuntan yang bisa. Asli ini bukan
fitnah.” Katanya.
Butet menyakini semua
akuntan yang hadir pada KNA VII adalah akuntan yang benar-benar professional
dan memiliki integritas. Akuntan yang tidak gampang tergugah oleh ‘iming-iming’
apapun bahkan rayuan ‘gombal’ para politisi ‘busuk’ sekalipun. Jika ada akuntan
yang dengan enteng tergugah itu hanya akuntan yang kesandung.
Dia berharap para
akuntan untuk membenahi republik yang sudah kacau balau ini. Persoalan terbesar
bangsa ini adalah persoalan integritas. Dalam integritas terkandung nilai-nilai
etika dan moral inilah hilang dari kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Dalam bahasa profesi itulah yang disebut ‘kode etik’. Kode etik seorang akuntan
yang baik harus memiliki tanggung jawab demi kepentingan public dan harus
objektif.
“Akuntan itu terkenal sebagai sosok yang memiliki
integritas. Akuntan tidak gampang disuap. Tidak ada akuntan yang terlibat
korupsi atau mengambil uang Negara,” tukasnya.
Butet mengibaratkan pula
sorang akuntan seperti Kresna. Tokoh yang memiliki pikiran yang visioner,
bijaksana, ahli strategi, pemikir yang baik serta selalu tepat dalam memberikan
solusi. Sosok Kresna itulah yang diharapkan mewakili kekuatan positif Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
melahirkan akuntan professional dan bermartabat.
Ia bahkan
menggarisbawahi dengan tegas kata ‘bermartabat’. Menurutnya salah satu kunci
membangun bangsa yang bermartabat adalah tegaknya moral dan etika yang
menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Indikasi penting untuk mengukur
kejujuran sebuah bangsa adalah akuntabilitas pengelolaan sumber-sumber keuangan
Negara.
Butet mengungkapkan
banyaknya korupsi di Negara ini karena
kita sebagai bangsa Indonesia kekurangan figure yang bermartabat. Banyak usul
dan ide untuk menekan indeks korupsi dan perilaku koruptif. Namun, pejuang
pemberantasan korupsi negeri ini belum memiliki ‘pedang tajam’ untuk menghukum
mafia korupsi.
Bagi Butet integritas
dan kejujuran adalah harga mati. Dengan integritas dan kejujuran itulah para
akuntan akan semangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
menjaga kepentingan masyarakat. Mengutip pernyataan seorang ahli ekonomi, jika
ingin melihat sebuah Negara jujur atau tidak dalam mengelola sumber daya
ekonomi lihatlah kehidupan para akuntannya.
“Saya
percaya perlahan-lahan IAI akan mampu membangun integritas dan kredibilitas
organisasi dan anggotanya,” ungkapnya, optimis.
Sumber : Majalah Akuntan Indonesia,Juni-Juli 2012,
liputan khusus, hal. 48.
No comments:
Post a Comment